Om Swastiastu, Halo Brosis, kali ini aku mau sedikit bercerita perihal pengalaman aku melukat di Pancoran Sapta Gangga Pura Tamba Waras yang berlokasi di Desa Sangketan Penebel Tabanan Bali. Pura ini sudah populer lewat sosial media semenjak setahun kemudian dan sudah banyak orang yang tiba ke Pura Luhur Tamba Waras untuk sekedar Melukat atau juga untuk menyembuhkan penyakit, sebab pancoran ini sanggup mendeteksi dan menetralisir penyakit terutama penyakit sebab ilmu hitam.
Namun sebelum lanjut, ada baiknya aku akan menuliskan dulu sejarah singkat dari Pura Luhur Tamba Waras ini yang aku kutip dari kertas yang aku sanggup ketika Nunas Tamba di sana. Baiklah Secara singkat diceritakan Pura ini berdiri pada masa ke-12. Yang mana mulanya Raja Kerajaan Tabanan sakit keras, sudah banyak tabib yang didatangkan namun belum sanggup menyembuhkan Paduka Raja. Suatu dikala ada pewisik bahwa obat untuk Paduka Raja akan diketemukan di mana nanti ada asapa mengepul dari tanah tembus ke langit.
Suatu hari memang benar dari Kerajaan Tabanan terlihat asap mengepul ke atas. Karena insiden itu sesuai dengan pewisik, kemudian Bagawantanya memerintahkan abdinya untuk mencari obat pada daerah dimana terlihat terlihat dari Puri asap mengepul menjulang tinggi hingga tembus ke langit. Maka berangkatlah abdinya mencari daerah dimana asap itu mengepul.
Dan sampailah abdi raja tersebut di dalam hutan dan dimana dijumpai asap yang mengepul berasal dari sebuah kerikil di tanah disamping pohon temen hitam di dalam rumpun bambu. Ternyata sesudah memohon di sana didapatlah obat. Setelah obat itu dihaturkan untuk raja ternyata Raja tersembuhkan, sehat walafiat menyerupai sedia kala. Sehingga selanjutnya dibangunlah daerah suci yang karenanya diberi nama Tamba Waras, Tamba artinya obat dan Waras artinya Sembuh / sehat kembali.
Untuk menemukan lokasi Pura Tamba Waras ini sangat mudah, bagi aku yang tidak pernah lewat ke sana lebih menentukan memakai pertolongan aplikasi Google Maps untuk navigasi aku menuju ke Pura Luhur Tamba Waras dari Denpasar. Jarak yang terlihat dari Google Mpas ialah sekitar 30 Km dari Denpasar dan di tempuh kurang lebih dalam waktu 1 jam 15 menit. Bagi kau yang ingin ke sana silakan lihat maps lokasi Pura Tamba Waras di selesai goresan pena ini.
Setelah masuk desa Sangketan jalan agak kecil sebab itu jalan desa dan juga jalan persawahan, namun cukup untuk mobil. Di sepanjang jalan sudah ada papan penunjuk arah untuk menemukan lokasi dari Pura Luhur Tamba Waras ini. Nah dengan demikian akan sangat gampang untuk menemukan lokasi melukat Pancoran Sapta Gangga.
Sebelum berangkat ke Pancoran Sapta Gangga untuk melukat dan nunas tamba di Pura Luhur Tamba Waras ada baiknya persiapkan beberapa hal berikut ini.
- Secara umum siapkan dua pejati untuk di haturkan satu pada Pancoran Sapta Gangga dan satu lagi pada Pura Luhur Tamba Waras dikala nunas Tamba. Namun jikalau ada sinyalemen Anda terkena ilmu hitam maka silakan bawa lagi satu Pejati untuk nunas Tirta di sana. Namun jikalau tidak membawa pejati lebih maka sanggup eksklusif membeli pejati di sana.
- Siapkan bungkak kuning dan Hijau. Satu orang satung bungkak. Bungkak warna kuning untuk melukat di pancoran Sapta Gangga dan Bungkak Hijau untuk nunas di Pura Luhur Tamba Waras. Setiap orang yang akan melukat dan nunas tamba harus membawa Bungkak. Misalnya Anda akan ke sana bersma empat orang, dua sampaumur dan dua anak, jikalau semua akan melukat dan nunas tamba maka bawa empat bungkak kuning dan empat bungkak hijau.
- Bawa canang sari, dupa dan kwangen secukupnya untuk di haturkan pada pelinggih di sana. Di sana kita akan muspa sebanyak dua kali yakni di daerah Melukat dan Pura Tmaba waras.
- Saat akan melukat cukup pakai kain dan senteng saja, silakan bawa baju pengganti (pakaian untuk sembahyang di Pura Luhur Tamba Waras.
Jika semuanya sudah siap maka silakan simak mekanisme untuk melukat di Pancoran Sapta Gangga dan sembahyang di Pura Luhur Tamba Waras.
- Silakan siapkan canang untuk dihaturkan di beberapa pelinggih, pertama pura yang ada di selatan Pancoran, disana ada dua pelinggih (di dalam) dan satu di luar sehingga kita perlu tiga canang disana.
- Setelah itu silakan haturkan canang di pelinggih yang ada di bak (paling depan) kemudian satu lagi patung yang ada di ujung kolam.
- Setelah itu silakan siapkan bungkak, silakan dikasturi dulu, silakan serahkan kepada Pemangku yang ada di akrab Pancroan Sapta Gangga.
- Setelah itu silakan siapkan satu pejati untuk diharturkan di pelinggih yang ada di Pancoran Sapta Gangga. Disini Pejati akan dipuput oleh Pemangku dan kita juga akan melaksanakan Kramaning sembah di sini dan kita hanya diperciki tirta tanpa nunas tirta dan Bija.
- Setelah itu mulai persiapan untuk melukat di pancoran Sapta Gangga yang terdiri dari tujuh pancoran. Silakan buka ganjal kaki dan juga baju (bagi Pria) cukup pakai kain dan senteng saja.
- Proses penglukatan dimulai dari pancoran yang paling barat, ada tujuh pancoran mulai dari paling barat ialah Penglukatan Sanjiwani, Kamandalu, Kundalini, Pawitra, Maha Pawitra, Pangurip dan Pasupati. Biasanya dikala melukat jikalau kena gangguan ilmu hitam maka akan terjadi mual dikala minum air dari pancoran itu, maka dari itu kita di suruh untuk meminum air itu lebih banyak lagi.
- Untuk melukatnya sendiri pertama kita kumur 7 kali, usap ke muka tujuh kali, rambut tujuh kali minum tujuh kali dan usapkan pada tangan kiri dan kanan, kaki kiri dan kanan sebanyak tujuh kali sesudah itu gres mandi. Kalau belum paham silakan tanyakan pada Pemangku yang ada di sana. (saya rada lupa disini untuk lebih jelasnya silakan tanyakan ke Pemangku atau pengempon yang ada disana).
- Setelah selesai melukat dengan tujuh mata air itu, maka di ujung daerah penglukatan, kita sudah dinantikan oleh pemanggku untuk melukat kita dengan Bungkak warna kuning, sesudah itu kita akan diperciki tirta dan nunas bija.
- Biasanya di sana ada juga pemangku yang mengobati jikalau memang benar kita terindikasi ilmu hitam, cukup haturkan canang dan isi sesari maka kita akan di terawang oleh Pemangku itu dan akan dijelaskan bahwa kita kena gangguan ilmu hitam, dan nanti kita akan di tunaskan tirta dengan menghaturkan pejati lagi.
- Setelah itu proses melukat sudah selesai, kini kita sanggup mengganti baju yang lembap itu dengan baju yang higienis ketika kita akan sembahyang di Pura Luhur Tamba Waras. Di akrab Areal Pancoran Sapta Gangga sudah ada daerah ganti, namun kayaknya ruang ganti ini perlu korden dan baunya agak sedikit wangi (bau pesing). di areal parkir juga ada banyak tolilet untuk ganti jikalau ingin lebih tertutup.
Setelah itu kita menuju Pura Luhur Tamba Waras, siapkan satu pejati dan bungkak hijau, jikalau belum dikasturi silakan kasturi di jeroan sebab disana sudah ada alatnya. Setelah dijeroan aka langkah-langkahnya adalah.
- Siapkan satu pejati dan bungkak hijau (sesuai jumlah orang yang nunas tamba) taruh di meja banten di depan Gedong penyimpenan.
- Setelah itu seorang Pemangku akan membacakan mantra hingga kita Kramaning sembah, nunas trita, bija dan dikasih geang warna hitam putih.
- Setelah itu kita akan nunas Bungkak yang sudah berisi sedikit minyak obat, kemudian kita minum diluar jeroan, kemudian kulitnya eksklusif dibuang diluar.
- Setelah itu balik lagi ke jeroan bawa satu canang sari dan isi sesari secara sukarela, serahkan pada pemangku yang ada di potongan nunas tamba maka disana kita akan dikasih minyak dua bungkus di atas canang tadi dan juga selembar kertas yang berisi sejarah singkat pura Luhur Tamba Waras dan cara nunas Tamba tersebut.
- Setelah itu semuanya sudah selesai dan kita sanggup mempmit dan kita sanggup pulang.
Nah itulah sedikit dongeng aku ketika aku nangkil ke Pancoran Sapta Gangga dan Pura Luhur Tamba Wras untuk melukat dan nunas Tamba yang berlokasi di Sangketan Penebel Tabanan Bali, biar bermanfaat, jikalau ada pertanyaan silakan klik saja WA paling bawah goresan pena ini dan sebisa mungkin akan aku jawab. Terima kasih Om Santhi Santhi Santhi Om.
Melukat Di Pancoran Sapta Gangga Pura Tamba Waras Tabanan
Reviewed by agus
on
8:59 AM
Rating:
No comments: